BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Teknologi adalah perkembangan alat bantu untuk
memudahkan pekerjaan manusia. Teknologi juga sebagai alat untuk pemanfaatan
pengetahuan dan ilmu pengetahuan. Dunia
pendidikan tidak luput dari integrasi teknologi dalam rangka efektifitas dan
efisiensi pembelajaran. Karena hakikatnya untuk mengembangkan diri manusia
membutuhkan pendidikan agar dapat menjadi manusia yang berkualitas dan berguna
bagi masyarakat bangsa dan negara. Teknologi diterapkan di semua bidang
kehidupan, di antaranya bidang pendidikan. Teknologi pendidikan beroperasi
dalam seluruh bidang pendidikan secara integratif, yakni secara rasional
berkembang dan terjalin dalam berbagai
bidang penididikan.
B. Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
pengertian teknologi pendidikan?
2. Bagaimana
peran teknologi pendidikan?
3. Apa
yang dimaksud teknologi pendidikan sebagai konstruk dan teoritik?
4. Apa
yang dimaksud teknologi pendidikan sebagai bidang garapan?
5. Apa
yang dimaksud teknologi pendidikan sebagai profesi?
C. Tujuan
Pembahasan
1. Untuk
mengetahui pengertian teknologi pendidikan.
2. Untuk
mengetahui peran teknologi pendidikan.
3. Untuk
mengetahui teknologi pendidikan sebagai konstruk dan teoritik.
4. Untuk
mengetahui teknologi pendidikan sebagai bidang.
5. Untuk
mengetahui teknologi pendidikan sebagai profesi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Teknologi Pendidikan
Teknologi dapat dijadikan sebagai alat untuk memanfaatkan
pengetahuan serta ilmu pengetahuan. Teknologi sering kali oleh masyarakat
diartikan sebagai alat elektronik atau mesin. Dan teknologi pendidikan juga
dapat diartikan suatu proses terpadu yang melibatkan orang, prosedur, gagasan,
peralatan, dan organisasi untuk menganalisa masalah-masalah pendidikan dan cara
pemecahan, mengimplemintasikan, mengevaluasi dan mengelola pemecahan masalah
yang berkenaan dengan semua aspek belajar manusia.
Sedangkan pendidikan merupakan suatu
proses untuk memanusiakan manusia sehingga membuat manusia mempunyai kehidupan
berbudaya. Menurut kamus bahasa Indonesia, mendidik berasal dari kata “didik”,
lalu kata ini mendapat awalan kata “me” sehingga menjadi “mendidik” artinya
memelihara dan memberi latihan. Dalam memeliharaan dan memberi latihan
diperlukan adanya ajaran, tuntutan dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan
pikiran.
Jadi, teknologi pendidikan adalah teori dan praktik
dalam desain, pengembangan pemanfaatan, pengelolaan, penilaian proses dan
sumber untuk belajar. Selain itu,
teknologi pendidikan merupakan suatu cara yang sistematis dalam merancang,
menerapkan, dan evaluasi seluruh proses kegiatan belajar mengajar sesuai dengan
tujuan yang spesifik, berdasarkan penelitian terhadap pembelajaran dan
komunikasi antara manusia, dan mendayagunakan kombinasi sumber daya manusia dan
non-manusia untuk lebih mengefektifkannya.[1]
B.
Peranan
Teknologi Pendidikan
Pada awal perkembangannya, sekitar ratusan tahun
yang lalu, istilah” teknologi pendidikan” belum dikenal. Apa yang dikenal
adalah metode mengajar dengan peragaan oleh guru sendiri-sendiri. Sekitar tahun
1930-an mulai digunakan media audiovisual (peta, globe, dll). Yang diproduksi
secara masal dan digunakan di sekolah secara meluas, dan mulailah dikenal
istilah “audiovisual instruction”. Pada tahun 1940 an, saat terjadi perang
dunia II, diperlukan banyak sekali tenaga terampil dalam mengoprasikan dan menangani peralatan perang. Penyediaan
tenaga terampil itu tidak mungkin dilaksanakan oleh sistem persekolahan. Untuk itu diperlukan latihan yang efektif
dalam waktu yang pendek dan dapat diulang sesering mungkin. Dikembangkanlah cara pelatihan dengan menggunakan berbagai
metode, media dan simulator untuk keperluan perlatihan personil. Di luar bidang
pendidikan sekolah mulai dikenal istilah” teknologi kinerja”.
Seusai perang dunia II mulai dikembangkan pengalaman
dikalangan angkatan bersenjata tersebut untuk keperluan pendidikan dan
pelatihan. Pendidikan dalam lingkungan sekolah lebih berorientasi teoritis dan
menganggap fungsinya adalah mempersiapkan peserta didik untuk masa depan yang
siap latih atau siap memasuki dunia kerja dengan landasan pendekatan
“just-in-case” padahal dengan semakin berkembangnya kegitan sosial ekonomi,
diperlukan tenaga yang kompeten lebih banyak dan cepat. Hal ini memicu tumbuh
dan berkembangnya lembaga-lembaga yang menyelenggarakan program pembelajaran
berbentuk palatihan dan kursus sebagai upaya pendidikan berkelanjutan yang
bersifat terapan, maka muncul lah istilah teknologi pendidikan.[2]
Teknologi berasal dari kata textere (bahasa
Latin) yang artinya membangun. Dalam
bahasa Yunani teknologi berasal dari kata technologia yang berarti
penanganan sesuatu secara sistematis. Arti lain teknologi adalah skill
dan science yang berarti keahlian, keterampilan dan ilmu.[3]
C. Teknologi
Pendidikan Sebagai Konstruk Teoritik
Untuk mendefinisikan Teknologi pendidikan sebagai
konstruksi teoritik hanya diperlukan karakteristik pertama diatas suatu
kesatuan teori intelektual yang selalu dikembangkan melalui kegiatan
penelitian.[4]
Istilah teori yang dalam pembicaraan sehari-hari
sering digunakan sebagai lawan kata “praktek”, yang mempunyai arti yang jelas
yaitu:
1. Suatu
prinsip umum yang didukung oleh data sebagai penjelasan terhadap sekelompok
gejala atau suatu pernyataan tentang hubungan yang berlaku terhadap sejumlah
fakta yang komprehensif.
2. Suatu
prinsip atau serangkaian prinsip yang menerangkan hubungan antara berbagai
fakta dan meramalkan hasil baru berdasarkan fakta tersebut.
Suatu
definisi bisa dikemukakan sebagai sebuah teori jika di dalamnya dapat
diidentifikasikan sebagai berikut:
a) Adanya
suatu gejala yang masih harus ada beberapa gejala yang belum difahami sejelas-jelasnya
menurut pengetahuan yang ada sekarang.
b) Menjelaskan sebuah teori, yaitu memberikan
penjelasan tentang mengapa atau bagaimana gejala itu terjadi (sebagai kebalikan
dari penegasan sederhana terhadap eksistensi suatu gejala).[5]
c) Merangkum
sebuah teori, yaitu memberikan rangkuman tentang apa yang telah diketahui
tentang hubungan antara sejumlah besar informasi empiric, konsep dan
generalisasi.
d) Memberikan
orientasi, yaitu menentukan dan mempertajam fakta-fakta yang akan diteliti
(dipelajari) serta membedakan antara data yang relevan dengan data yang tidak
relevan.
e) Mensistematiskan,
yaitu memberikan skema untuk mensistematiskan, mengklasifikasikan dan
menghubungkan segala gejala, postulat dan dalil yang serasi.[6]
f) Mengidentifikasi
kesenjangan, yaitu mencari bidang-bidang yang relevan namun diabaikan atau
belum dipecahkan pada masa kini maupun buat studi di masa mendatang.[7]
g) Melahirkan
strategi untuk keperluan riset yang memberikan dasar untuk merumuskan hipotesis
baru dan melaksanakan riset lebih mendalam berdasar atas penjelasan tersebut.
h) Prediksi
dapat mengungkap hal-hal melebihi dari apa yang bisa diketahui berdasar atas
data empiric sehingga dapat membuat estimasi dan memprediksi fakta baru dan
hipotesis yang belum diketahui pada saat sekarang.
i) Satu
atau serangkaian prinsip, definisi teknologi pendidikan mengandung satu rangkai
prinsip-prinsip, satu rangkai pernyataan umum yang mencakup semua unsur-unsur
yang dikemukakan diatas (untuk rangkaian pinsip-prinsip yang lengkap).[8]
j) Teknologi
pendidikan sebagai teori, karena batasan yang dikemukakan di sini memenuh semua
dari sembilan tolak ukur yang dituntut bagi suatu teori, teknologi pendidikan
sebagaimana telah didefinisikan di atas adalah sebuah teori mengenai bagaimana
masalah-masalah yang muncul dalam kegiatan belajar manusia diidentifikasi dan
dipecahkan.[9]
D.
Teknologi Pendidikan Sebagai Bidang
Garapan
Pembatasan
suatu bidang garapan, dalam hal ini teknologi pendidikan pertama-tama haruslah
memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam mendefinisikan teori. Selanjutnya
ada tiga persyaratan atau karakteristik tambahan, yaitu adanya teknik
intelektual, aplikasi praktis, dan keunikan bidang garapan tersebut.
1. Teknik
intelektual, adalah pendekatan yang digunakan untuk memecahkan masalah. Cara
yang digunakan seseorang dalam mencari pemecahan. Gagne dan Briggs menyebutkan
teknik intelektual itu strategi kognitif, proses yang mengendalikan proses
berfikir internal, dan ditemukan cara tertentu untuk memecahkan masalah. Teknik
intelektual berperan menjembatani antara teori dan aplikasi praktis.
2. Aplikasi
praktis, adalah yang mencakup usaha merealisasikan atau mengoperasionalkan
fikiran, ide dan proses. Aplikasi itu menghasilkan produk yang dapat dilihat.
Sebagai misal, seseorang benar-benar melaksanakan eksperimen ilmiah atau
melaksanakan kegiatan pengembangan istruksional sesuai dengan langkah-langkah
yang telah ditentukan dalam mengaplikasikan teknik intelektual. Kecuali itu,
aplikasi praktis menunjukkan bagaimana teknik intelektual itu dioperasionalkan
dalam konteks struktur organisasi dan institusi di mana bidang garapan itu
beroprasi.
3. Keunikan,
definisi tersebut menunjukkan suatu bidang garapan memadukan teknik intelektual
dan aplikasi praktis yang diidentifikasikan oleh definisi, definisi tersebut haruslah
merupakan hal yang unik bagi bidang garapan tersebut. Haruslah tercermin
karakteristik khusus yang tidak bisa dijumpai pada bidang lain. Jikalau
definisi tersebut dapat mewujudkan adanya teknik intelektual dan aplikasi
praktis yang unik, maka bidang garapan yang diidentifikasikan itu dengan
sendirinya dapat dikatakan unik pula.[10]
Jadi definisi teknologi pendidikan sebagai bidang
garapan pertama-tama harus mendefinisikannya sebagai konstruk teoritik,
kemudian mengidentifikasi teknik intelektual dengan aplikasi praktis, serta
menunjukkan bahwa kesemuannya ini menunjukkan keunikan bidang garapan teknologi
pendidikan. [11]
E. Teknologi Pendidikan Sebagai Profesi
Untuk mendefinisikan
teknologi pendidikan sebagai profesi, terlebih dahulu harus dipenuhi
syarat-syarat untuk mendefinisikan bangunan teoritik dan bidang garapan.
Selanjutnya definisi tersebut harus mencerminkan karakteristik profesi lainnya:
1.
Latihan dan sertifikasi
Latihan dalam waktu yang lama diperlukan untuk
mengembangkan spesialisasi dan teknisi dalam profesi tersebut. Menurut Finn harus
ada beberapa ketentuan tentang “sifat-sifat latihan”, baik melalui peraturan
pemerintah maupun melalui suatu sistem akreditasi lembaga-lembaga latihan yang
meliputi:
a)
Sifat dan isi pendidikan profesional.
b)
Standart sertifikasi
c)
Standart dan ketentuan penerimaan calon peserta
latihan
d)
Penempatan
2.
Standart dan etika
Rumusan etika menunjukkan bagaimana anggota profesi
itu harus bertingkah laku. Seperangkat standar memberikan petunjuk mengenai
bahan, peralatan dan fasilitas yang digunakan oleh orang-orang dalam profesi
tersebut. Namun demikian, publikasi kode etik dan buku petunjuk tentang
standart itu sendiri tidaklah dapat memberi jaminan apa-apa. Profesionalisasi
itu terjadi bilamana dimungkinkan adanya pemaksaan yang kuat untuk melaksanakannya.
3.
Kepemimpinan
Kepemimpinan diperlukan unuk memanfaatkan
setepat-tepatnya penemuan-penemuan yang ada sekarang dan melihat kecenderungan
di masa mendatang. Namun demikian, untuk menghindari keadaan banyaknya inovasi
yang ada searang yang membuat kita pusing karena desakan dari lar kita, maka
kepemimpinan ini harus datang dari profesi ini sendiri. Untuk melatih
kepemimpinan itu sendiri, profesi tersebut harus mengetahui keadaan kita
sendiri kemana kita akan pergi dan mengapa.
4.
Asosiasi dan komunikasi
Organisasi profesi yang kuat diperlukan untuk
mengembangkan dan mengimplementasikan karakteristik lainnya terutama standart
dan etika, kepemimpinan dan latihan. Hanya organisasi yang kuat yang dapat
memaksakan dengan sungguh-sunggu aplikasi praktis, standart, dan etika.
5.
Pengakuan sebagai profesi
Anggota profesi harus mempercayaai adanya profesi
dan bahwa mereka menjadi anggotannya. Eksistensi suatu profesi tidak dapat
dipercayakan begitu saja kepada para pelaksana. Mereka harus menginginkan
berdirinya dan mengakui pentingnya organisasi profesi.
Mereka harus benar-benar menyadari akan
keanggotaanya dalam organisasi profesi tersebut. Kesadaran ini dimanifestasikan
dalam bentuk berdirinya asosiasi, pewujudan ciri-ciri profesi lainnya, dan
penghrgaan dari masyarakat umum terhadap para pelaksan bahwa ada organisasi
dimana mereka menjadi anggotannya. [12]
6.
Tanggung jawab profesi
Tidaklah cukup bahwa suatu profesi itu hanya sekedar
menggunakan teknik intelektual yang diaplikasikan secara praktis, tetapi
profesi tersebut harus juga
mempertanggung jawabkan teknik intelektual tersebut. Teknik intelektual dalam
bekerja di masyarakat hendaknya selalu diadakan pengkajian tentang nilai
kegunaanya, dan jika mungkin mengambil sikap pasti terhadap masalah-masalah
sosial yang dipengaruhi oleh hasil pekerjaan profesi tersebut.[13]
7.
Hubungan dengan profesi lain
Mungkin saja terdapat lebih dari satu profesi yang
bekerja dalam
bidang terapn teknologi pendidikan ini.
Masing-masing profesi ini satu sama lain saling berhubungan baik secara eksplisit
maupun implisit dalam berprasi dibidang garapan tersebut. Hubungan ini harus
diketahui, diidentifikasi, dan dikembangkan.[14]
Setiap profesi, harus mempunyai kode etik profesi. Sama halnya dengan
kata profesi sendiri, penafsiran tentang kode etik juga belum memiliki
pengertian yang sama. Kode etik suatu profesi adalah norma-norma yang harus
diindahkan oleh setiap anggota profesi di dalam melaksanakan tugas profesinya
dan dalam hidupnya di masyarakat. Norma-norma tersebut berisi petunjuk bagi
anggota profesi tentang bagaimana mereka melaksakan profesinya dan
larangan-larangannya, yaitu ketentuan-ketentuan tentang apa yang tidak boleh
diperbuat oleh mereka, tidak saja daam menjalankan tugas profesi melainkan juga
menyangkut tingkah laku anggota profesi pada umumnya dalam pergaula sehari-hari
di masyarakat.[15]
Menurut R. Hermawan S secara umum tujuan mengadakan kode etik profesi
adalah sebagai berikut:
a)
Untuk menjujung tinggi martabat profesi
Dalam hal ini kode etik dapat menjaga pandangan dan
kesan dari pihak luar atau pihak masyarakat, agar mereka jangan sampai
memandang remeh atau rendah terhadap profesi yang bersangkutan. Oleh karenanya
setiap kode etik profesi melarang anggotanya bertindak atau berkelakuan yang
dapat mencemarkan nama baik profesi terhadap dunia luar (kode kehormatan).
b)
Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para
anggotanya
Kesejahteraan disini meliputi kesejahteraan lahir
(material) maupun kesejahteraan batin (spiritual). Dalam hal kesejahteraan
lahir para anggota profesi, kode etik umumnya memuat larangan kepada para
anggotanya untuk melakuka perbuatan yang merugikan kesejahteraan para
anggotanya. Misalnya dengan menetapkan taraf minimum bagi honorarium anggota
profesi dalam melaksakan tugasnya, sehingga siapa-siapa yang mengadakan taraf
dibawah minimum aka dianggap tercela dan merugikan rekan-rekan seprofesi. Dalam
hal kesejahteraan batin, kode etik umumnya memberikan petunjuk kepada para
anggotanya untuk melaksakan profesinya. Misalnya dengan membatasi tingkah laku
yang tidak pantas atau tidak jujur bagi para anggota profesi dalam berinteraksi
dengan sesama rekan anggota profesi.[16]
c)
Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi
Tujuan lain kode etik dapat juga dengan peningkatan
kegiatan pengabdian profesi, sehingga bagi para anggotanya dapat dengan mudah
mengetahui tugas dan tanggung jawab pengabdiannya dalam melaksanakan tugasnya.
d)
Untuk meningkatkan mutu profesi
Untuk meningkatkan mutu profesi kode etik juga
memuat norma-norma dan anjuran agar para anggota profesi selalu berusaha untuk
meningkatkan mutu pengabdian para anggotanya.
e)
Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi
Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi maka
diwajibkan setiap anggotanya untuk aktif berpatisipasi dalam membina organisasi
dan kegiatan-kegiatan yang dirancang organisasi.[17]
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
A.
Pengertian
teknologi pendidikan
Teknologi pendidikan
merupakan suatu cara yang sistematis dalam merancang, menerapkan, dan evaluasi
seluruh proses kegiatan belajar mengajar sesuai dengan tujuan yang spesifik,
berdasarkan penelitian terhadap pembelajaran dan komunikasi antara manusia, dan
mendayagunakan kombinasi sumber daya manusia dan non-manusia untuk lebih
mengefektifkannya.
B.
Peranan
teknologi pendidikan
Saat terjadi perang
dunia II, diperlukan banyak sekali tenaga terampil dalam mengoprasikan dan menangani
peralatan perang. Seusai perang dunia II mulai dikembangkan pengalaman
dikalangan angkatan bersenjata tersebut untuk keperluan pendidikan dan
pelatihan maka muncullah istilah teknologi pendidikan.
C.
Teknologi pendidikan
sebagai konstruk Teoritik
Teknologi pendidika
ialah teori mengenai bagaimana masalah-masalah yang muncul dalam kegiatan
belajar manusia diidentifikasikan dan dipecahkan.
D.
Teknologi
pendidikan sebagai bidang garapan
Teknologi pendidikan ialah
suatu bidang yang berkecimpung dalam penerapan suatu proses terpadu dan
kompleks guna dapat menganalisi dan memecahkan masalah-masalah yang muncul
dalam kegiatan belajar manusia.
E.
Teknologi pendidikan
sebagai profesi
Teknologi pendidikan
ialah suatu profesi terdiri atas suatu usaha teroganisir guna melaksanakan
teori, teknik intelektual dan penerapan praktis dari teknologi pendidikan.
DAFTAR
PUSTAKA
Harjali. Teknologi Pendidikan. Ponorogo:
STAIN Ponorogo Press, 2011.
Miarso, Yusufhadi. Definisi Teknologi Pendidikan.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994.
.
Menyamai Benih Teknologi Pendidikan.
Jakarta: Kencana, 2009.
. Mozaik Teknologi Pendidikan. Jakarta: Renada Media Kencana, 2004.
Soetjipto dan Raflis Kosasi. Profesi
Keguruan. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004.
[1]Yusufhadi
Miarso, Mozaik Teknologi Pendidikan
(Jakarta: Renada Media Kencana, 2004),
302.
[2]
Yusufhadi Miarso, Menyamai Benih
Teknologi Pendidikan (Jakarta: Kencana, 2009), 66-67.
[3] Harjali, Teknologi Pendidikan (Ponorogo: STAIN Ponorogo Press, 2011), 2.
[4] Yusufhadi Miarso, Definisi
Teknologi Pendidikan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994), 23.
[5] Ibid., 162.
[7] Ibid., 163.
[8] Ibid., 164.
[9] Ibid., 165.
[10] Ibid., 26.
[11] Ibid.
[12] Ibid., 28.
[13] Ibid.
[14] Ibid., 29.
[15] Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi
Keguruan (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), 30.
[16]
Ibid., 31.
[17]
Ibid., 32.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar