Rabu, 17 April 2019

Urgensi dan Implementasi Teori Komunikasi Dalam Kegiatan Belajar Mengajar


BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Komunikasi merupakan sarana untuk terjalinnya hubungan antar seseorang dengan orang lain, dengan adanya komunikasi maka terjadilah hubungan sosial. Manusia berkomunikasi untuk membagi pengetahuan dan pengalaman. Melalui komunikasi, sikap dan perasaan seseorang atau sekelompok orang dapat dipahami oleh pihak lain. Akan tetapi, komunikasi hanya akan efektif apabila pesan yang disampaikan dapat ditafsirkan sama oleh penerima pesan tersebut.
 Pendidikan pada dasarnya adalah proses komunikasi 2 arah yang berkesinambungan antara pendidik dan peserta didik. Dalam proses pendidikan diperlukan adanya kesesuaian penyampaian dan penerimaan makna untuk mencapai tujuan pendidikan.       
 Dari uraian tersebut, bahwa komunikasi memiliki peranan yang penting dalam pendidikan, khususnya dalam kegiatan belajar-mengajar dalam kelas. Karena itu perlu diperhatikan mengenai unsur-unsur pembentuknya, proses terjadinya serta implikasi komunikasi dalam kegiatan belajar mengajar sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung lebih baik dan terarah.

B.  Rumusan Masalah
1)   Bagaimanakah teori komunikasi Laswell?
2)   Bagaimanakah teori komunikasi Robert?
3) Bagaimanakah urgensi dan implementasi teori komunikasi dalam kegiatan belajar dan mengajar?
C.  Tujuan Pembahasan
1)   Untuk mengetahui teori komunikasi Laswell.
2)   Untuk mengetahui teori komunikasi Robert.
3) Untuk mengetahui urgensi dan implementasi teori komunikasi dalam kegiatan belajar dan mengajar.
BAB II
PEMBAHASAN
A.  Pengertian Komunikasi

Secara etimologis berasal dari kata to communicate, adalah upaya untuk membuat pendapat, menyatakan perasaan, menyampaikan informasi, dan sebagainya agar diketahui orang lain.[1]
Pertama kalinya komunikasi disebut sebagai landasan dari Teknologi Pendidikan atau Teknologi Pembelajaran di tahun 1970 di definisi kedua dari The Commision on Intruksional Technologyyang dipimpin oleh Sidney Ticton sehingga menjadi dasar pengembangan definisi Teknologi Pendidikan atau Teknologi Pembelajaran berikutnya.[2]
Sejak awal kemunculannya, komunikasi menjadi disiplin ilmu yang sangat dominan pengaruhnya atas perkembangan disiplin pendidikan; tulisan Wittch dan Schuller tentang asal usul teknologi pembelajaran mengungkapkan bagaimana dalam pembelajaran itu terjadi proses komunikasi. Komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai apa yang dibicarakan dan dinamakan komunikatif apabila terjadi kesamaan bahasa dan kesamaan makna antara komunikator dan komunikan.[3] Pendapat mereka bahwa dikelas perlu dikembangkan proses komunikasi tercermin dalam rumusan mereka tentang penyebab kegagalan proses belajar seseorang. Kegagalan psikologis tersebut berkenaan dengan:
1)   Verbalisme: situasi dimana peserta didik mendengarkan berbagai istilah yang relatif baru, sehingga persepsi terhambat, materi sulit dicerna.
2)   Ketidakjelasan rujukan: kemungkinan contoh naratif yang diberikan pengajar tidak relevan dengan bahasan.
3)   Mimpi di siang hari: tidak adanya perhatian dari peserta didik karena ia merasa tidak berminat, atau ia tidak paham akan kepentingan bahasan.
4)   Ketidaknyamanan fisik (di kelas): ketidaknyamanan dapat saja timbul karena posisi duduk yang selama berjam-jam di kelas. Alasan tersebut hingga saat ini masih terjadi dlam kegiatan konvensional. Untuk itulah, prinsip komunikasi perlu diterapkan dalam menciptakan pembelajaran.
Selain alasan tersebut, komunikasi diadopsi untuk mengantisipasi IPTEKS. Pemanfaatan media pembelajaran menjadi salah satu pemicu perubahan prinsip, pemikiran dan “produk” dari teknologi pendidikan. Konsep teknologi, informasi dan komunikasi masa kini menjadikan dunia pendidikan sangat global. Antisipasi dapat dilakukan oleh teknologi pendidikan dengan mengkaji kebermanfaatan teknologi digital bagi dunia pendidikan. [4]
B.  Teori Laswell
Untuk memahami bagaimana proses komunikasi berlangsung, maka harus memahami bagaimana gambaran tentang bagaimana komunikasi berlangsung secara operasional. Menurut Harold D. Leswell cara mudah untuk menggambarkan suatu tindakan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan berikut :
Siapa (Who)
Berkata apa (Say What)
Lewat Saluran Apa (In What Channel)
Kepada Siapa (To Whom)
Dengan Hasil Bagaimana (With What Effect)
Paradigma Laswell di atas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi 5 unsur sebagai jawaban atas pertanyaan yang diajukan, yaitu :
1)   Komunikator (Communicator, Source, Sender) adalah pihak yang mengirim-kan pesan kepada pihak lain.
2)   Pesan (Message) adalah isi atau maksud yang akan disampaikan oleh satu pihak kepada pihak lain
3)   Media (Channel, media) adalah media dimana pesan disampaikan kepada komunikan.
4)   Kommunikan (Communicant, Receiver, Recipient) adalah pihak yang menerima pesan dari pihak lain
5)   Efek (Effect, Impact, Influence) tanggapan dari penerimaan pesan atas isi pesan yang disampaikannya.[5]
Pesan dituangkan dalam simbol komunikasi baik verbal maupun nonverbal, proses ini disebut sebagai encoding. Selanjutnya kommunikan (penerima pesan) menafsirkan simbol komunikasi tersebut sehingga diperoleh maksudnya, proses ini disebut sebagai decoding. Proses penuangan pesan ini kadang tidak dapat berlangsung lancar. Penafsiran yang gagal atau kurang berhasil, berarti kegagalan atau kekurangberhasilan dalam memahami apa yang didengar, dilihat atau diamatinya.
Segala sesuatu yang mengaburkan atau mengganggu proses komunikasi disebut sebagai Noise. Menurut Adler dan Rodman (1982) dalam Prabowo (2001) ada 2 tipe noise yang menghambat proses komunikasi, yaitu :
1)   Noise yang bersifat fisik, meliputi semua hal yang menyulitkan pesan untuk dilihat, didengar atau segala sesuatu yag mengganggu perhatian. Noise fisik ini dapat mengganggu proses komunikasi pada setiap unsur.
2)   Noise psikologis, yang berkaitan dengan pengaruh-pengaruh kejiwaan yang terdapat dalam diri penyampai (komunikator) maupun penerima (komunikan) sehingga tidak mampu menyampaikan atau menerima dengan jelas.[6]
C.   Teori Rogers
Teori yang diajukan oleh Rogers disebut teori komunikasi konvergensi. Dalam teori itu tidak membedakan antara sumber dan penerima karena peranan itu dapat berlangsung secara bersamaan pada seseorang dalam suatu konteks komunikasi. Proses itu juga tidak berlangsung antar-individu saja melainkan dalam suatu realitas sosial. Teori ini juga menegaskan bahwa komunikasi itu berlangsung tanpa awal dan akhir, sepanjang manusia itu sadar akan diri dan lingkungannya.
Teori-teori dan model komunikasi tersebut telah membawa pengaruh dalam bidang pendidikan, atau lebih tepat lagi saling mempengaruhi, hingga timbul perkembangan berbagai kecenderungan pendidikan. Kecenderungan itu meliputi :
1)   Pendidikan seumur hidup yang berlangsung sepanjang orang sadar akan diri dan lingkungan.
2)   Pendidikan gerak cepat dan tepat yang lebih mengacu pada kemampuan untuk hidup di masyarakat.
3)   Pendidikan yang mudah dicerna dan diresapi.
4)   Pendidikan yang menarik perhatian dengan cara penyajian yang bervariasi dan merangsang sebanyak mungkin indra.
5)   Pendidikan yang menyebar, baik pelayanannya maupun peranannya.
6)   Pendidikan yang mustari (tepat saat) menyusup tanpa niat sebelumnya, yaitu pada saat ada kekosongan pikiran.
Kesemuanya ini merupakan landasan strategis dalam perkembangan teknologi pendidikan.[7] 
D.  Urgensi dan Implementasi Teori Komunikasi dalam Kegiatan Belajar Mengajar
1)   Urgensi Teori Komunikasi dalam Kegiatan Belajar Mengajar
Proses pembelajaran pada hakikatnya adalah proses komunikasi yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran atau media tertentu ke penerima pesan. Pesan yang akan dikomunikasikan adalah isi ajaran yanga ada dalam kurikulum. Sumber pesannya bisa guru, peserta didik, orang lain, penulis buku, ataupun produser media pembelajaran. Penerima pesannya adalah peserta didik atau guru.[8]
Sering dijumpai suatu kegagalan dalam pembelajaran sebab lemahnya sistem komunikasi. Untuk itu, pendidik perlu mengembangkan pola komunikasi yang efektif dalam proses pembelajaran. Komunikasi yang baik merupakan komunikasi yang transaksional ada hubungan timbal balik. Oleh karena itu, untuk mencapai hasil belajar yang optimal dianjurkan agar pendidik membiasakan diri menggunakan komunikasi banyak arah atau komunikasi sebagai transaksi yaitu yang tidak hanya melibatkan interaksi binamis antara pendidik dengan peserta didik, tetapi juga melibatkan interaksi dinamis antara peserta didik yang satu dengan lainnya.[9]
Pembelajaran tidak akan terlepas dari komunikasi, karena pembelajaran itu sendiri merupakan suatu usaha untuk membuat siswa belajar. Berarti dalam usaha tersebut terdapat fungsi komando dari komunikasi. Pembelajaran akan berjalan baik apabila proses komunikasi juga berjalan dengan lancar, namun sebaliknya, pembelajaran akan berjalan tidak baik apabila komunikasi tidak berjalan lancar. Ketika seorang pendidik memberi materi kepada siswanya, maka secara tidak langsung akan terjadi proses komunikasi. Dan apabila komunikasi berjalan dengan baik maka dengan segera  siswa akan memberikan umpan balik berupa tulisan maupun gerak-gerik rasa puasnya.
2)      Implementasi Teori Komunikasi dalam Kegiatan Belajar Mengajar
Proses belajar mengajar pada hakekatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran/ media tertentu ke penerima pesan.
Salah satu unsur dalam proses komunikasi yang sangat menonjol peranannya bagi teknologi pendidikan adalah media. Teori-teori yang dikembangkan dari berbagai penelitian tentang media komunikasi telah memberi arti tersendiri bagi teknologi pendidikan (Miarso, 2011).Rahardjo (1991) dalam Mustolih (2007) menyatakan bahwa media dalam arti yang terbatas, yaitu sebagai alat bantu pembelajaran. Hal ini berarti media sebagai alat bantu yang digunakan guru untuk:
a)    Memotivasi belajar peserta didik
b)   Memperjelas informasi/pesan pengajaran
c)    Memberi tekanan pada bagian-bagian yang penting
d)   Memberi variasi pengajaran
e)    Memperjelas struktur pengajaran.
Di sini media memiliki fungsi yang jelas yaitu memperjelas, memudahkan dan membuat menarik pesan kurikulum yang akan disampaikan oleh guru kepada peserta didik sehingga dapat memotivasi belajarnya dan mengefisienkan proses belajar.
Setiap media memiliki ciri khas masing-masing dan tidak satupun medium yang unggul dalam segala hal (Prabowo, 2001). Pernyataan ini didukung oleh pendapat Schramm (1977) dalam Miarso (2011) yang menyatakan tidak ada buku resep yang dapat dipakai secara otomatis untuk memilih media dalam sistem pendidikan. Penentuan media sebaiknya merupakan resultan dari analisis tugas belajar, analisis media itu sendiri dan anaisis pembeda individu di antara para pembelajar. Karena itu dalam proses belajar mengajar dianjurkan untuk menggunakan penggunaan multimedia, yaitu penggunaan lebih dari satu medium dalam mengkombinasikan satu bahan informasi kepada khalayak. Penggunaan medium yang dimaksud adalah penggunaan dan kombinasi berbagai medium baik medium visual, auditoris maupun kinestetik kedalam satu bahan ajar. Hal ini didasarkan atas pertimbangan :
a)    Perbedaan kemampuan manusia dalam menerima informasi.
b)   Ciri khas dari masing-masing medium, yang merupakan kekuatan dan kelemahan masing-masing.[10]

BAB III
KESIMPULAN


            Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan (ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi diantara keduanya.
            Pertama kalinya komunikasi disebut sebagai landasan dari Teknologi Pendidikan atau Teknologi Pembelajaran di tahun 1970. Komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai apa yang dibicarakan dan dinamakan komunikatif apabila terjadi kesamaan bahasa dan kesamaan makna antara komunikator dan komunikan.
            Menurut Laswell ada 5 unsur komunikasi, antara lain adalah komunikator, pesan, media, komunikan, dan efek.
            Teori yang diajukan oleh Rogers disebut teori komunikasi konvergensi. Dalam teori itu tidak membedakan antara sumber dan penerima karena peranan itu dapat berlangsung secara bersamaan pada seseorang dalam suatu konteks komunikasi. Proses itu juga tidak berlangsung antar-individu saja melainkan dalam suatu realitas sosial. Teori ini juga menegaskan bahwa komunikasi itu berlangsung tanpa awal dan akhir, sepanjang manusia itu sadar akan diri dan lingkungannya.
Salah satu unsur dalam proses komunikasi yang sangat menonjol peranannya bagi teknologi pendidikan adalah media. Teori-teori yang dikembangkan dari berbagai penelitian tentang media komunikasi telah memberi arti tersendiri bagi teknologi pendidikan Hal ini berarti media sebagai alat bantu yang digunakan guru untuk: memotivasi belajar peserta didik, memperjelas informasi/pesan pengajaran, memberi tekanan pada bagian-bagian yang penting, memberi variasi pengajaran, memperjelas struktur pengajaran. Dengan demikian media memiliki fungsi yang jelas yaitu memperjelas, memudahkan dan membuat menarik pesan kurikulum yang akan disampaikan oleh guru kepada peserta didik sehingga dapat memotivasi belajarnya dan mengefisienkan proses belajar.

DAFTAR PUSTAKA

            Deddy, Malyana. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007.

            Harjali. Teknologi Pendidikan. Ponorogo: STAIN Po PRESS, 2011.


Miarso, Yusuf Hadi. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana,     2005.

Prawiradilaga, Dewi Salma. Wawasan Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana      Prenada Media Group, 2012.

Warsito, Bambang . Teknologi Pembelajaran, Landasan dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta, 2008.




                [1] Malyana Deddy, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), 11.
                [2] Harjali, Teknologi Pendidikan (Ponorogo: STAIN Po PRESS, 2011), 80.
                [3] Dewi Salma Prawiradilaga, Wawasan Teknologi Pendidikan (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), 101.
                [4]  Ibid.,
                [5] http://gieekazone.blogspot.com/2012/10/landasan-teori-komunikasi-dan.html dikutip tanggal  5 Maret 2015.
                [6] Ibid.,
                [7] Yusuf Hadi Miarso, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan (Jakarta: Kencana, 2005), 116.
                [8]  Bambang Warsito, Teknologi Pembelajaran, Landasan dan Aplikasinya (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), 128.
                [9]  Ibid.,
                [10] http://gieekazone.blogspot.com/2012/10/landasan-teori-komunikasi-dan.html dikutip tanggal  5 Maret 2015.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar