BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Komunikasi
merupakan sarana untuk terjalinnya hubungan antar seseorang dengan orang lain,
dengan adanya komunikasi maka terjadilah hubungan sosial. Manusia berkomunikasi
untuk membagi pengetahuan dan pengalaman. Melalui komunikasi, sikap dan
perasaan seseorang atau sekelompok orang dapat dipahami oleh pihak lain. Akan
tetapi, komunikasi hanya akan efektif apabila pesan yang disampaikan dapat
ditafsirkan sama oleh penerima pesan tersebut.
Pendidikan pada dasarnya adalah proses
komunikasi 2 arah yang berkesinambungan antara pendidik dan peserta didik.
Dalam proses pendidikan diperlukan adanya kesesuaian penyampaian dan penerimaan
makna untuk mencapai tujuan pendidikan.
Dari uraian tersebut, bahwa komunikasi
memiliki peranan yang penting dalam pendidikan, khususnya dalam kegiatan
belajar-mengajar dalam kelas. Karena itu perlu diperhatikan mengenai
unsur-unsur pembentuknya, proses terjadinya serta implikasi komunikasi dalam
kegiatan belajar mengajar sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung
lebih baik dan terarah.
B. Rumusan
Masalah
1)
Bagaimanakah
teori komunikasi Laswell?
2)
Bagaimanakah
teori komunikasi Robert?
3) Bagaimanakah urgensi dan implementasi
teori komunikasi dalam kegiatan belajar dan mengajar?
C.
Tujuan
Pembahasan
1)
Untuk
mengetahui teori komunikasi Laswell.
2)
Untuk
mengetahui teori komunikasi Robert.
3) Untuk
mengetahui urgensi dan implementasi teori komunikasi dalam kegiatan belajar dan
mengajar.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Komunikasi
Secara
etimologis berasal dari kata to communicate, adalah upaya untuk membuat
pendapat, menyatakan perasaan, menyampaikan informasi, dan sebagainya agar
diketahui orang lain.[1]
Pertama
kalinya komunikasi disebut sebagai landasan dari Teknologi Pendidikan atau
Teknologi Pembelajaran di tahun 1970 di definisi kedua dari The Commision on
Intruksional Technologyyang dipimpin oleh Sidney Ticton sehingga menjadi
dasar pengembangan definisi Teknologi Pendidikan atau Teknologi Pembelajaran berikutnya.[2]
Sejak awal kemunculannya, komunikasi
menjadi disiplin ilmu yang sangat dominan pengaruhnya atas perkembangan
disiplin pendidikan; tulisan Wittch dan Schuller tentang asal usul teknologi
pembelajaran mengungkapkan bagaimana dalam pembelajaran itu terjadi proses komunikasi.
Komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai apa yang
dibicarakan dan dinamakan komunikatif apabila terjadi kesamaan bahasa dan
kesamaan makna antara komunikator dan komunikan.[3] Pendapat
mereka bahwa dikelas perlu dikembangkan proses komunikasi tercermin dalam
rumusan mereka tentang penyebab kegagalan proses belajar seseorang. Kegagalan
psikologis tersebut berkenaan dengan:
1)
Verbalisme:
situasi dimana peserta didik mendengarkan berbagai istilah yang relatif baru,
sehingga persepsi terhambat, materi sulit dicerna.
2)
Ketidakjelasan
rujukan: kemungkinan contoh naratif yang diberikan pengajar tidak relevan
dengan bahasan.
3)
Mimpi di siang
hari: tidak adanya perhatian dari peserta didik karena ia merasa tidak
berminat, atau ia tidak paham akan kepentingan bahasan.
4)
Ketidaknyamanan
fisik (di kelas): ketidaknyamanan dapat saja timbul karena posisi duduk yang
selama berjam-jam di kelas. Alasan tersebut hingga saat ini masih terjadi dlam
kegiatan konvensional. Untuk itulah, prinsip komunikasi perlu diterapkan dalam
menciptakan pembelajaran.
Selain alasan tersebut, komunikasi
diadopsi untuk mengantisipasi IPTEKS. Pemanfaatan media pembelajaran menjadi
salah satu pemicu perubahan prinsip, pemikiran dan “produk” dari teknologi
pendidikan. Konsep teknologi, informasi dan komunikasi masa kini menjadikan dunia
pendidikan sangat global. Antisipasi dapat dilakukan oleh teknologi pendidikan
dengan mengkaji kebermanfaatan teknologi digital bagi dunia pendidikan. [4]
B.
Teori Laswell
Untuk memahami bagaimana proses komunikasi berlangsung, maka
harus memahami bagaimana gambaran tentang bagaimana komunikasi berlangsung
secara operasional. Menurut Harold D. Leswell cara mudah untuk menggambarkan
suatu tindakan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan berikut :
Siapa (Who)
Berkata apa (Say What)
Lewat Saluran Apa (In What
Channel)
Kepada Siapa (To Whom)
Dengan Hasil Bagaimana (With What
Effect)
Paradigma
Laswell di atas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi 5 unsur sebagai jawaban
atas pertanyaan yang diajukan, yaitu :
1)
Komunikator
(Communicator, Source, Sender) adalah pihak yang mengirim-kan pesan kepada pihak lain.
2)
Pesan
(Message) adalah isi atau maksud yang akan disampaikan oleh satu pihak
kepada pihak lain
3)
Media
(Channel, media) adalah media dimana pesan disampaikan kepada
komunikan.
4)
Kommunikan
(Communicant, Receiver, Recipient) adalah pihak yang menerima pesan dari
pihak lain
5)
Efek
(Effect, Impact, Influence) tanggapan dari penerimaan pesan atas
isi pesan yang disampaikannya.[5]
Pesan
dituangkan dalam simbol komunikasi baik verbal maupun nonverbal, proses ini
disebut sebagai encoding. Selanjutnya kommunikan (penerima pesan)
menafsirkan simbol komunikasi tersebut sehingga diperoleh maksudnya, proses ini
disebut sebagai decoding. Proses penuangan pesan ini kadang tidak dapat
berlangsung lancar. Penafsiran yang gagal atau kurang berhasil, berarti
kegagalan atau kekurangberhasilan dalam memahami apa yang didengar, dilihat
atau diamatinya.
Segala
sesuatu yang mengaburkan atau mengganggu proses komunikasi disebut sebagai Noise.
Menurut Adler dan Rodman (1982) dalam Prabowo (2001) ada 2 tipe noise
yang menghambat proses komunikasi, yaitu :
1)
Noise
yang bersifat fisik, meliputi semua
hal yang menyulitkan pesan untuk dilihat, didengar atau segala sesuatu yag
mengganggu perhatian. Noise fisik ini dapat mengganggu proses komunikasi
pada setiap unsur.
2)
Noise psikologis, yang berkaitan dengan
pengaruh-pengaruh kejiwaan yang terdapat dalam diri penyampai (komunikator)
maupun penerima (komunikan) sehingga tidak mampu menyampaikan atau menerima
dengan jelas.[6]
C.
Teori Rogers
Teori yang diajukan oleh Rogers
disebut teori komunikasi konvergensi. Dalam teori itu tidak membedakan antara
sumber dan penerima karena peranan itu dapat berlangsung secara bersamaan pada
seseorang dalam suatu konteks komunikasi. Proses itu juga tidak berlangsung
antar-individu saja melainkan dalam suatu realitas sosial. Teori ini juga
menegaskan bahwa komunikasi itu berlangsung tanpa awal dan akhir, sepanjang
manusia itu sadar akan diri dan lingkungannya.
Teori-teori dan model komunikasi
tersebut telah membawa pengaruh dalam bidang pendidikan, atau lebih tepat lagi
saling mempengaruhi, hingga timbul perkembangan berbagai kecenderungan
pendidikan. Kecenderungan itu meliputi :
1)
Pendidikan
seumur hidup yang berlangsung sepanjang orang sadar akan diri dan lingkungan.
2)
Pendidikan
gerak cepat dan tepat yang lebih mengacu pada kemampuan untuk hidup di
masyarakat.
3)
Pendidikan yang
mudah dicerna dan diresapi.
4)
Pendidikan yang
menarik perhatian dengan cara penyajian yang bervariasi dan merangsang sebanyak
mungkin indra.
5)
Pendidikan yang
menyebar, baik pelayanannya maupun peranannya.
6)
Pendidikan yang
mustari (tepat saat) menyusup tanpa niat sebelumnya, yaitu pada saat ada
kekosongan pikiran.
Kesemuanya ini merupakan landasan
strategis dalam perkembangan teknologi pendidikan.[7]
D. Urgensi dan Implementasi Teori
Komunikasi dalam Kegiatan Belajar Mengajar
1) Urgensi
Teori Komunikasi dalam Kegiatan Belajar Mengajar
Proses
pembelajaran pada hakikatnya adalah proses komunikasi yaitu proses penyampaian
pesan dari sumber pesan melalui saluran atau media tertentu ke penerima pesan.
Pesan yang akan dikomunikasikan adalah isi ajaran yanga ada dalam kurikulum.
Sumber pesannya bisa guru, peserta didik, orang lain, penulis buku, ataupun
produser media pembelajaran. Penerima pesannya adalah peserta didik atau guru.[8]
Sering
dijumpai suatu kegagalan dalam pembelajaran sebab lemahnya sistem komunikasi.
Untuk itu, pendidik perlu mengembangkan pola komunikasi yang efektif dalam
proses pembelajaran. Komunikasi yang baik merupakan komunikasi yang
transaksional ada hubungan timbal balik. Oleh karena itu, untuk mencapai hasil
belajar yang optimal dianjurkan agar pendidik membiasakan diri menggunakan
komunikasi banyak arah atau komunikasi sebagai transaksi yaitu yang tidak hanya
melibatkan interaksi binamis antara pendidik dengan peserta didik, tetapi juga
melibatkan interaksi dinamis antara peserta didik yang satu dengan lainnya.[9]
Pembelajaran
tidak akan terlepas dari komunikasi, karena pembelajaran itu sendiri merupakan
suatu usaha untuk membuat siswa belajar. Berarti dalam usaha tersebut terdapat
fungsi komando dari komunikasi. Pembelajaran akan berjalan baik apabila proses
komunikasi juga berjalan dengan lancar, namun sebaliknya, pembelajaran akan
berjalan tidak baik apabila komunikasi tidak berjalan lancar. Ketika seorang
pendidik memberi materi kepada siswanya, maka secara tidak langsung akan
terjadi proses komunikasi. Dan apabila komunikasi berjalan dengan baik maka
dengan segera siswa akan memberikan
umpan balik berupa tulisan maupun gerak-gerik rasa puasnya.
2) Implementasi
Teori Komunikasi dalam Kegiatan Belajar Mengajar
Proses belajar mengajar pada hakekatnya adalah proses
komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran/
media tertentu ke penerima pesan.
Salah satu unsur dalam proses komunikasi yang sangat
menonjol peranannya bagi teknologi pendidikan adalah media. Teori-teori yang
dikembangkan dari berbagai penelitian tentang media komunikasi telah
memberi arti tersendiri bagi teknologi pendidikan (Miarso, 2011).Rahardjo
(1991) dalam Mustolih (2007) menyatakan bahwa media dalam arti yang terbatas,
yaitu sebagai alat bantu pembelajaran. Hal ini berarti media sebagai alat bantu
yang digunakan guru untuk:
a) Memotivasi belajar peserta didik
b) Memperjelas informasi/pesan
pengajaran
c) Memberi tekanan pada bagian-bagian
yang penting
d) Memberi variasi pengajaran
e) Memperjelas struktur pengajaran.
Di sini media memiliki fungsi yang jelas yaitu memperjelas,
memudahkan dan membuat menarik pesan kurikulum yang akan disampaikan oleh guru
kepada peserta didik sehingga dapat memotivasi belajarnya dan mengefisienkan
proses belajar.
Setiap media memiliki ciri khas masing-masing dan tidak
satupun medium yang unggul dalam segala hal (Prabowo, 2001). Pernyataan ini
didukung oleh pendapat Schramm (1977) dalam Miarso (2011) yang
menyatakan tidak ada buku resep yang dapat dipakai secara otomatis untuk
memilih media dalam sistem pendidikan. Penentuan media sebaiknya merupakan
resultan dari analisis tugas belajar, analisis media itu sendiri dan anaisis
pembeda individu di antara para pembelajar. Karena itu dalam proses belajar
mengajar dianjurkan untuk menggunakan penggunaan multimedia, yaitu penggunaan
lebih dari satu medium dalam mengkombinasikan satu bahan informasi kepada
khalayak. Penggunaan medium yang dimaksud adalah penggunaan dan kombinasi
berbagai medium baik medium visual, auditoris maupun kinestetik kedalam satu
bahan ajar. Hal ini didasarkan atas pertimbangan :
a) Perbedaan kemampuan manusia dalam
menerima informasi.
b) Ciri khas dari masing-masing medium,
yang merupakan kekuatan dan kelemahan masing-masing.[10]
BAB
III
KESIMPULAN
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan
bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan (ide, gagasan) dari satu pihak
kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi diantara keduanya.
Pertama kalinya komunikasi disebut
sebagai landasan dari Teknologi Pendidikan atau Teknologi Pembelajaran di tahun
1970. Komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai apa yang
dibicarakan dan dinamakan komunikatif apabila terjadi kesamaan bahasa dan
kesamaan makna antara komunikator dan komunikan.
Menurut Laswell ada 5 unsur
komunikasi, antara lain adalah komunikator, pesan, media, komunikan, dan efek.
Teori yang diajukan oleh Rogers
disebut teori komunikasi konvergensi. Dalam teori itu tidak membedakan antara
sumber dan penerima karena peranan itu dapat berlangsung secara bersamaan pada
seseorang dalam suatu konteks komunikasi. Proses itu juga tidak berlangsung
antar-individu saja melainkan dalam suatu realitas sosial. Teori ini juga menegaskan
bahwa komunikasi itu berlangsung tanpa awal dan akhir, sepanjang manusia itu
sadar akan diri dan lingkungannya.
Salah satu unsur dalam proses
komunikasi yang sangat menonjol peranannya bagi teknologi pendidikan adalah
media. Teori-teori yang dikembangkan dari berbagai penelitian tentang media
komunikasi telah memberi arti tersendiri bagi teknologi pendidikan Hal ini
berarti media sebagai alat bantu yang digunakan guru untuk: memotivasi belajar
peserta didik, memperjelas informasi/pesan pengajaran, memberi tekanan pada
bagian-bagian yang penting, memberi variasi pengajaran, memperjelas struktur
pengajaran. Dengan demikian media memiliki fungsi yang jelas yaitu memperjelas,
memudahkan dan membuat menarik pesan kurikulum yang akan disampaikan oleh guru
kepada peserta didik sehingga dapat memotivasi belajarnya dan mengefisienkan
proses belajar.
DAFTAR
PUSTAKA
Deddy,
Malyana. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2007.
Harjali. Teknologi Pendidikan. Ponorogo:
STAIN Po PRESS, 2011.
Miarso, Yusuf
Hadi. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana, 2005.
Prawiradilaga,
Dewi Salma. Wawasan Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012.
Warsito,
Bambang . Teknologi Pembelajaran, Landasan dan Aplikasinya. Jakarta:
Rineka Cipta, 2008.
[5] http://gieekazone.blogspot.com/2012/10/landasan-teori-komunikasi-dan.html dikutip
tanggal 5 Maret 2015.
[10]
http://gieekazone.blogspot.com/2012/10/landasan-teori-komunikasi-dan.html dikutip tanggal 5 Maret 2015.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar